www.kegawarrior.com

Selasa, 27 April 2010

Anak-anak Belajar dari Apa yang Mereka Alami dalam Kehidupan Ini


Kalau anak-anak banyak dikritik dalam kehidupannya, mereka akan belajar mengutuk.

Kalau anak-anak banyak mengalami permusuhan dalam kehidupannya, mereka akan belajar berseteru

Kalau anak-anak banyak mengalami ketakutan dalam kehidupannya, mereka akan belajar prihatin

kalau anak-anak banyak dikasihani dalam kehidupannya, mereka akan belajar mengasihani diri sendiri.

Kalau anak-anak banyak dicemooh, mereka akan belajar mengasihani diri sendiri

Kalau anak-anak banyak mengalami kecemburuan dalam kehidupannya, mereka akan belajar iri hati.

Kalau anak-anak banyak mengalami hal yang memalukan dalam kehidupannya, mereka akan belajar merasa bersalah.

Kalau anak-anak banyak diberikan dorongan dalam kehidupannya, mereka akan belajar percaya diri.

Kalau anak-anak merasakan toleransi dalam kehidupannya, mereka akan belajar sabar.

kalau anak-anak banyak dipuji dalam kehidupannya, mereka akan belajar menghargai.

kalau anak-anak merasa diterima dalam kehidupannya, mereka akan belajar mengasihi.

Kalau anak-anak merasa didukung dalam kehidupannya, mereka akan belajar menyukai diri sendiri

kalau anak-anak merasa diakui dalam kehidupannya, mereka akan belajar bahwa mempunyai sasaran itu baik.

Kalau anak-anak dibiasakan berbagi dalam kehidupannya, mereka akan belajar bermurah hati

Kalau anak-anak dibiasakan jujur dalam kehidupannya, mereka akan belajar mengatakan yang sebenarnya.

Kalau anak-anak merasakan keadilan dalam kehidupannya, mereka akan belajar bersikap adil.

Kalau anak-anak banyak diberikan kemurahan dan pertimbangan dalam kehidupannya, mereka akan belajar menghormati.

Kalau anak-anak merasa tenteram dalam kehidupannya, mereka akan belajar percaya kepada diri sendiri maupun orang-orang di sekeliling mereka.

Kalau anak-anak merasakan persahabatan dalam kehidupannya, mereka akan belajar bahwa dunia ini tempat tinggal yang menyenangkan.


Dorothy Law Nolte

Kamis, 22 April 2010

Efek Ketidakhadiran Ayah: Buruk!


JAKARTA, KOMPAS.com — Kebanyakan orang berpendapat, anak merupakan tanggung jawab ibu karena ayah mencari nafkah. Pertimbangkan lagi pandangan ini! Sebab, absennya ayah dalam proses pendidikan terbukti memiliki dampak luar biasa bagi perkembangan anak.

Menyerahkan pendidikan anak hanya kepada ibu tampaknya harus dikaji ulang. Kalau sambil bercanda, kita bisa bilang, "Bikinnya berdua, kok setelah jadi si istri disuruh bertanggung jawab sendiri?” Memang ada beberapa alasan serius yang perlu dipertimbangkan ulang.

Pertama, anak merupakan buah cinta yang direncanakan dan diinginkan bersama antara suami dan istri, yang kehadirannya diharapkan dapat mengokohkan dan memperteguh hubungan mereka sebagai sebuah keluarga. Dengan demikian, keberadaan anak merupakan tanggung jawab suami istri bersama-sama.

Kedua, pembagian kerja secara seksual (sesuai dengan jenis kelamin), urusan publik (mencari nafkah) menjadi tanggung jawab ayah dan urusan domestik (mendidik anak dan mengurus rumah tangga) menjadi tanggung jawab ibu, kini tidak relevan lagi. Kebanyakan ibu kini juga bekerja, di luar ataupun di rumah, untuk menghasilkan uang. Tidak tepat lagi jika pendidikan anak dipasrahkan hanya kepada ibu.

Ketiga, dalam proses tumbuh kembang, ternyata anak-anak membutuhkan kehadiran ayah dan ibu sebagai patron atau panutan dan sumber kasih sayang.

Ayah kadang-kadang
Di Jepang, sebagian orang mencemaskan pertumbuhan anak-anak kota besar yang timpang akibat absennya ayah dalam proses tumbuh kembang generasi kristal itu. Mereka hidup serumah, tetapi pagi-pagi sekali ketika ayah belum bangun, anak sudah berangkat sekolah. Malam hari ketika anak sudah tidur, sang ayah baru pulang.

Begitu kehidupan mereka setiap har sehingga anak-anak tidak punya kesempatan bertemu ayahnya. Dikhawatirkan anak-anak di negara paling makmur di Asia itu bahkan menyaksikan (yang berarti belajar) bagaimana ayah dan ibu berinteraksi pun tidak pernah bisa.

Jika demikian, apakah mereka bisa diharapkan mengerti bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi secara baik? Lebih dari itu, bagaimana anak-anak dapat tumbuh sebagai pribadi yang utuh dan kuat jika kehadiran ayah nol besar?

Penggambaran situasi semacam itu mungkin berlebihan. Namun, hal itu bisa menjadi peringatan bagi orangtua yang mengharapkan anak-anak tumbuh sehat fisik dan mentalnya agar tidak mengabaikan kebutuhan anak akan kehadiran ayah.

Di Indonesia, kita bisa menyaksikan banyak pria yang hanya kadang-kadang saja menjadi ayah. Mengapa disebut kadang-kadang karena sehari-hari mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kebutuhan anak saat menghadapi proses belajar dan pembentukan diri. Hanya kadang-kadang saja mereka teringat dan terlibat dalam urusan anak.

Hal itu terjadi akibat perceraian ataupun lemahnya komitmen ayah terhadap proses tumbuh kembang anak. Lain dengan di Barat, orangtua yang bercerai masih bisa berbagi dalam hal mengurusi anak, di Indonesia perceraian umumnya tidak memerhatikan hak anak. Kalaupun ada perhatian, sebatas soal biaya anak yang dikemukakan. Karena itu, kalau terjadi perceraian, biasanya anak kehilangan salah satu orangtuanya.

Berdampak buruk
Ada sejumlah hasil penelitian yang memperlihatkan efek ketidakhadiran ayah, seperti dikutip menweb.org. Dalam studi yang dilakukan oleh Kalter dan Rembar dari Children’s Psychiatric Hospital, University of Michigan, AS, dari 144 sampel anak dan remaja awal yang orangtuanya bercerai, ditemukan tiga masalah utama.

Sebanyak 63 persen anak mengalami problem psikologis subyektif, seperti gelisah, sedih, suasana hati mudah berubah, fobia, dan depresi. Sebanyak 56 persen kemampuan berprestasinya rendah atau di bawah kemampuan yang pernah mereka capai pada masa sebelumnya. Sebanyak 43 persen melakukan agresi terhadap orangtua.

Dalam studi yang dilakukan khusus terhadap anak-anak perempuan, ditemukan hasil yang kurang lebih sama: 69 persen mengalami problem psikologis, 47 persen punya masalah akademis, dan 41 persen melakukan agresi terhadap orangtuanya.

Dalam Journal of Divorce Harvard University, AS, Rebecca L Drill, PhD, mengatakan, "Akibat perceraian orangtua dan absennya ayah, setelah itu memiliki dampak luar biasa negatif terhadap perasaan anak. Sebagai contoh, perceraian orangtua dan kehilangan ayah terbukti berkaitan erat dengan kesulitan anak melakukan penyesuaian di sekolah, penyesuaian sosial, dan penyesuaian pribadi.”

Singkat kata, tanpa mengabaikan hasil-hasil penelitian lain yang memperlihatkan bahwa anak yang orangtuanya bercerai dapat berhasil dalam hidupnya, absennya figur ayah dalam kehidupan anak memiliki dampak yang buruk terhadap anak. Karena itu, sebaiknya para ayah tidak under estimate atau menilai diri terlalu rendah menyangkut perannya dalam proses tumbuh kembang anak.

Mulai hari ini
Jika Anda, para ayah, merasa memiliki komitmen yang rendah terhadap proses pendidikan anak sehingga hubungan antara ayah dan anak menjadi kurang dekat, buang jauh-jauh ide "sudah telanjur” dari benak Anda!

Prof Rob Palkovitz, konselor dan penulis buku tentang keterlibatan ayah, mengingatkan, "Hentikan berpikir tentang masa lalu dan pusatkan perhatian Anda pada ke mana Anda ingin melangkah!”

Berikut ini beberapa saran Palkovitz berdasarkan hasil risetnya, interaksinya dengan empat anaknya, dan pengalamannya membantu anak-anak yang ayahnya absen dari sisi mereka:

1. Pusatkan perhatian pada hal-hal yang benar dan positif bagi Anda dan anak. Sebagai contoh, katakan kepada diri Anda sendiri, "Betapa membanggakannya Ayah bekerja keras untuk menghidupi keluarga,” tanpa tambahan apa pun, dan betapa berbedanya kalau ada tambahan, "Tetapi, alangkah lebih baiknya kalau Ayah lebih sering berada di rumah." Sebaliknya, bicaralah kepada anak Anda, "Betapa bangganya menjadi ayahmu, Nak,” tanpa pernah menambahkan kalimat, “Tetapi, akan lebih membanggakan kalau kamu bisa membereskan kamarmu.” Jika Anda dapat memahami kedua hal tersebut, berarti dua langkah membangun hubungan sudah Anda lalui.

2. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun hubungan. Karena itu, pahami saat ini Anda berada di titik mana dan ingin menuju ke titik mana.

3. Kehidupan ini dibangun oleh jutaan "sekarang juga". Jika Anda ingin membangun hubungan baik dengan anak-anak, mulailah sekarang juga.

4. Pikirkan kalimat apa yang ingin diucapkan oleh anak-anak ketika mereka meninggalkan rumah: “Ayahku selalu...” Kata-kata apa yang Anda inginkan diucapkan anak-anak untuk melengkapi kalimat tersebut, maka itulah jalan untuk memulai perubahan sikap Anda sendiri. Mau jadi ayah yang baik?

Kriteria ayah yang baik
Dalam bukunya yang berjudul Involved Fathering and Men’s Adult Development: Provisional Balances, Prof Rob Palkovitz membuat kriteria tentang kualitas seorang ayah yang baik. Simak dan periksa, apakah Anda termasuk di dalamnya!

Perceraian ayah dan ibu tidak dapat menjadi alasan yang cukup untuk menilai diri baik atau tidak sebagai ayah. Sebab, meskipun ada istilah “bekas istri” atau “bekas suami,” tidak ada “bekas ayah”.

  • Suportif
  • Menetapkan peraturan
  • Bertindak sebagai guru
  • Pembimbing moral
  • Menjadi model peran bagi anak
  • Memiliki kesabaran
  • Pendengar yang baik
  • Pemberi nafkah yang baik
  • Hidup sesuai dengan harapannya atas kehidupan anaknya
  • Tetap ingat bagaimana rasanya menjadi anak sehingga mengerti perasaan anak



@ Widya Saraswati

Selasa, 20 April 2010

PASKAH: Hari Raya Pertama yang diperintahkan TUHAN kepada ISRAEL


Sebelum Tulah kesepuluh yang membuat Firaun memberikan ijin bangsa Israel keluar dari MESIR setelah diperbudak 400 tahun, Allah memerintahkan kepada umat Israel melakukan perintahNYA yang pertama sebelum banyak peraturan dan perintah lainnya yang diberikan melalui Musa, yaitu mengadakan PASKAH pertama.
Seluruh anggota keluarga harus berkumpul di rumah dan menyantap daging domba yang mengandung arti pemulihan hubungan dengan Tuhan dan hubungan keluarga. 2 hal ini dianggap penting bagi Allah sehingga diperintahkan jauh-jauh sebelum perintah-perintah atau kegiatan pelayanan lainnya. Bahkan sebelum berkat besar yang akan mereka terima esok hari.

Rabu, 07 April 2010

Naskah Game cenderung Agresif


Profesor Barbara Krahe dari University of postdam percaya bahwa para pembunuh mungkin telah memainkan "naskah yang agresif".
"Begitu gerbang untuk bersikap kasar telah dilalui, orangpun tinggal mengikuti suatu pola. Game memungkinkan untuk memberikan naskah semacam itu. Anda tidak perlu memutuskan untuk setiap adegan, apa yang akan saya lakukan berikutnya. Anda tinggal mengikuti naskah."
Konsep "Gerbang Kekerasan" telah didiskusikan oleh Centrewall dan Let. Kol. Dave Grossman, seorang psikolog militer yang telah membantu melatih tentara untuk membunuh. Menurut Grossman, bukti untuk menghubungkan media dengan meningkatnya tingkat kejahatan di masyarakat adalah lebih kuat daripada hubungan antara kanker paru-paru dan merokok.
Dia mengemukakan bahwa media elektronik telah mengubah "Gerbang Kekerasan" kita akrena video game menggunakan banyak teknik yang digunakan militer untuk mengubah "Gerbang Kekerasan" dan mendorong tentara untuk membunuh. Akibatnya, orang yang lebih mudah mengalami kekerasan lebih mudah menjadi kasar. (The Media Diet for Kids)

Film "Flywheel"


Sinopsis :
Jay Austin, seorang penjual mobil bekas akan melakukan segala cara untuk menjual mobil dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Ia menipu semua pelanggannya termasuk pendeta di gerejanya, bahkan keluarganya sendiri mengetahui bahwa ia tidak lagi bisa dipercaya. Hingga suatu saat, Tuhan menyadarkan Jay untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Melalui sebuah perjalanan spiritual, Jay belajar untuk menghargai Tuhan dalam bisnisnya dan hidupnya.

Flywheel merupakan film drama pertama yang diproduksi oleh Alex Kendrick, seorang pendeta di Gereja Baptis Sherwood. Pastinya film ini ber"aroma" Kristiani sekali. Temanya sebenarnya sederhana, perjalanan seorang Jay Austin menjadi hamba Tuhan. Dalam film ini digambarkan bagaimana Jay mengalami perubahan dalam hubungannya dengan keluarga dan Tuhan sehingga menjadi lebih baik. Film ini cukup menarik, sayangnya bagian awal film menurut saya berjalan agak lamban sehingga sedikit membosankan tapi secara keseluruhan yang saya bisa katakan adalah : menarik! Terutama ada bagian yang sangat jelas digambarkan bagaimana pergumulan Jay Austin dalam rangka menjadi teladan bagi anaknya yang selama ini melihat perbuatan dosanya. Tema yang sederhana bisa diolah menjadi film yang menarik, apalagi mengingat ini film pertama dari Alex Kendrick.
Fakta: semua kru dan pemain dari film merupakan sukarelawan dari jemaat gereja Sherwood. Lokasi syuting juga meminjam rumah dan tempat usaha dari jemaat.

Sabtu, 03 April 2010

Penyebab Allah murka...!

Maleakhi 4:6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.

Di seluruh alkitab hanya ada 2 kali Allah menyatakan akan memusnahkan bumi, yang pertama saat air bah dan dilakukan oleh Allah, dan yang kedua di kitab Maleakhi ini.
Mengapa Allah begitu murka kalau hubungan bapa dan anaknya terputus ? karena sebenarnya hubungan kasih antara ayah dengan anak adalah presentasi kehadiran Allah itu sendiri.
Hubungan suatu keluarga dalam Kristus adalah "etalase-NYA" hadirat Allah di dunia.

"... and Go Home !"


Hampir semua orang yang disembuhkan secara mujizat oleh Tuhan Yesus selama pelayananNYA di dunia sebagai manusia selalu disuruh untuk pulang ke rumahnya atau ke kampungnya. Memang ada sebagian yang disuruh oleh Tuhan Yesus untuk menunjukkan dirinya kepada para imam. Tapi hampir semua disuruh pulang ke rumah, mengapa ? Karena ternyata semua berkat keselamatan dan kesembuhan yang diberikan oleh Tuhan Yesus ditujukan untuk menjadi berkat bagi keluarga. Bahkan Zakheus dan Matius si pemungut cukai diminta oleh Tuhan Yesus untuk berbincang-bincang (pemuridan) di rumahnya. Maria, Marta & Lazarus diajak bicara oleh Tuhan Yesus di rumah.
Mengapa keluarga penting bagi Allah ?
kitab Ephesus 5:32 menjelaskan bahwa: " Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat." Dalam keluarga mengandung rahasia yang besar, karena hanya melalui keluargalah dunia bisa melihat Allah secara utuh.

Mari kita arahkan tenaga dan doa kita agar semakin banyak keluarga dipulihkan melalui anggota keluarganya yang telah lebih dahulu menerima berkat keselamatan dari DIA.