Jakarta (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta Ratna Mardiati mengatakan, potensi gangguan kejiwaan pada seseorang bisa dideteksi sejak kecil.
"Itu bisa diketahui sejak usia dini dari daya tahan mental mereka," kata Ratna Mardiati ketika ditemui di kantor Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Jakarta, Kamis.
Menurut dia, ada suatu kelemahan pada diri seseorang yang sering diabaikan sebagai potensi masalah di kemudian hari.
"Misalnya saja keterlambatan bicara, berjalan, dan belajar. Lantas ada anak yang sering diolok-olok temannya. Itu adalah bentuk kelemahan yang harus diperhatikan," katanya
Ratna mengatakan, orang dengan masalah kejiwaan punya titik lemah yang berbeda satu sama lain. Gangguan daya tahan mental tersebut disebabkan oleh faktor internal individu.
"Kondisi sosial ekonomi itu hanya pencetus. Faktor yang oleh kami, psikiater, dianggap sebagai penyebab ada dalam diri individu. Bakat," katanya.
Menurut dia bakat itu muncul karena gangguan psikologis dan fungsi otak.
"Bagaimana dia dapat bakat itu? Pertama, karena dia terlahir dengan otak tidak berfungsi baik, proses kerjanya terganggu karena mungkin ibunya pernah berusaha menggugurkan janin, karena keracunan atau infeksi otak. Kedua, karena masalah psikologis. Misalnya dia selalu ditakut-takuti sejak kecil sehingga sampai dewasa hidup dalam ketakutan," katanya.
Ia menjelaskan, orang dengan bakat gangguan daya tahan mental baru bisa mengalami gangguan jiwa jika tidak mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat mereka untuk mengatasi kelemahan.
"Kalau dukungan keluarga bagus, orang dengan kelemahan daya tahan mental, dengan gangguan di otaknya, tidak akan apa-apa. Gangguan itu muncul kalau dia tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan," katanya.
Oleh karena itu dia menekankan pentingnya peran keluarga dalam membangun daya tahan mental anak.
Ratna mengatakan orang tua bisa menjalankan perannya dengan memperhatikan setiap tahapan perkembangan anak secara baik dan membantu anak-anak mengatasi kelemahan mereka dengan berusaha mendengarkan dan memahami kebutuhan mereka.
"Jadi masalah gangguan jiwa sebenarnya bisa dicegah kalau orang-orang memahami dan memperhatikan ini," katanya.
Dia mengakui sampai saat ini pemahaman masyarakat mengenai masalah kesehatan jiwa masih rendah.
Sebagai fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa, kata Ratna, Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan berusaha meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa melalui program Kesehatan Jiwa Masyaraka yang dijalankan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan pos pembinaan terpadu (posbindu) dan posyandu.
"Tapi memang masih harus ditingkatkan," katanya.
Menurut dia penyebarluasan informasi mengenai kesehatan jiwa sebenarnya akan sangat efektif jika dilakukan melalui pendidikan sekolah.
"Ini bisa dilakukan kalau para guru kembali menjalankan tugasnya untuk mendidik anak-anak, bukan sekedar mengajar," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar